Sandstorm, Cloudy dan Aku
Minggu, 26 Februari 2012 Pagi itu tepat jam 8 aku beranjak meninggalkan rumah. Cuaca mendung dengan hembusan keras angin dari padang pasir, menyeburkan beribu butir pasir ke wajahku. Aku berbisik sudahlah angin, cukup aku saja yang marah hari ini. Hari masih pagi, sinar matahari yang biasa menyinari diam bersembunyi di balik awan hitam, langit menjadi buram. Sekali lagi aku berbisik kamu juga awan, sudahlah hentikan murammu, cukup aku saja yang bersedih. Mobil yang membawa kami berhenti di perempatan menanti lampu berubah hijau, angin semakin keras berputar-putar, pasir menari-nari di atas aspal - rupanya kamu sedang bersenang-senang di sana wahai pasir, aku tersenyum getir. Lama terasa menanti lampu tanda berubah hijau, mengapa aku tidak sabar menuju sebuah kehilangan besar. Setiba di tempat tujuan, jantung ku berdetak lebih kencang, anginpun bertambah marah, berdentam menghantam dinding kaca. Aku menoleh kebelakang, satu pembatas jalan terbang terpental. Mengapa semua haru...