For The Lovesake
Aku bingung.
Dimulai dari kesempatan, satu kesempatan, dua kesempatan, tiga, kemudian berubah jadi pilihan, pilihan yang sulit. Aku sekali berkata, bahwa cinta adalah urutan pertama, hari ini ada yang menagih kata-kata itu, seperti berbalik dan menghabiskan apa yang ada. Aku ingin semua yang indah dalam waktu yang bersamaan, dan ternyata hal itulah yang tak bisa aku dapatkan.
Demi cinta, apakah cita-cita yang selama ini aku impikan harus berakhir? Tak ada yang menyentuh air yang sama di sungai yang mengalir, dan tak juga aku yang akan menemukan kesempatan yang sama beberapa kali. Cinta tak seharusnya menghentikan apa yang sudah ada. Itulah yang sepertinya harus terjadi, aku tak mau.
Aku seorang istri, memberikan sepiring nasi yang sama banyaknya dengan suami ku untuk rumah kita. Aku masih berkarir, sulit untuk melepasnya, walaupun karena cinta. Menikah di usia 23, cukup muda-kalau aku boleh bilang. Aku bahagia, begitu juga suami ku. Hanya itu yang paling penting. Aku dan suami sering kali kehabisan dana, pinjam sana - pinjam sini sudah biasa, lunas di awal bulan, begitu setiap kali. Kita memilih untuk lebih enjoy menghadapi hidup, aku tak mengeluh, begitupun suami, ya itu tadi, kita berdua berbahagia.
Beberapa hari yang lalu suami mendapat kerja di luar kota, posisi yang sama dengan tawaran gaji yang lebih besar, suami tertarik dan memutuskan untuk pindah. Begitupun dengan ku dapat panggilan di tempat yang sama dengan suami, hanya saja gaji sama dan posisi sama. Aku bingung, karena di saat yang inipun aku mendapat tawaran yang lebih menarik di kota ini, posisi meningkat, gaji hampir 70% lebih besar dari gajiku sekarang, yang terpenting di bagian pemasaran - salah satu ambisi ku dalam karir perhotelan. Aku ingin sekali ambil dan artinya aku harus tetap tinggal di kota ini, tapi aku tak bisa jauh dari suami, aku akan sakit. Pernah kejadian saat suami pergi ke New Orleans - USA selama 2 minggu, yup, aku sakit - sakit kangen.
For the lovesake, apakah aku harus ikut suami? Sedangkan posisi di kota ini adalah yang aku inginkan, bukan hanya alasan ambisi, tapi piring nasi yang aku berikan ke dalam rumah akan bertambah jumlahnya, ini juga penting, jadi sang penyandang dana tak bosan dengan kebiasaan aku dan suami.
Aku berharap, apapun akhirnya adalah memang jalan yang ALLAH SWT berikan untuk kehidupan keluarga ku, aku masih punya tanggungan moril dan materi di kampung halaman, aku ikhlas dan bersyukur atas kehidupan ku yang sekarang. Aku ingin ALLAH SWT membuatku memutuskan sesuatu yang benar, akan aku turuti kata hati. Hanya itu yang pasti.
desperately seeking heaven.
Comments