Living Another Life
Seorang perempuan bernama Alika terlihat duduk termenung, matanya sesekali terpejam dan dalam satu kedipan air matanya menetes, dia menangis tanpa suara seolah begitu pedih luka yang ada di dalam hatinya. Alika mulai menuliskan sesuatu di blognya.
Las Vegas, 19 Mei 2011,
Apa yang terjadi bila aku bila aku membuat pilihan yang berbeda dari yang ku buat selama ini. Apakah hidup ku akan lebih bahagia dari yang sekarang? Atau mungkin akan lebih runyam? Memang manusia tidak bisa memutar kembali waktu, tapi seandainya bisa apa sajakah hal-hal di dalam hidup ku yang ingin aku rubah? Banyak hal yang ingin aku lihat "probabilitas"nya, hal-hal itu adalah:
1. Bila aku memilih sekolah jurnalisme dan bukan sekolah perbankan.
Mungkin aku sudah jadi seorang jurnalis, bekerja untuk media cetak terkemuka di Indonesia atau luar negeri, mungkin juga di media elektronik. Bertugas meliput perang, berita manca-negara, atau liputan tentang wisata.
2. Bila aku memilih menjaga keperawanan sampai akhirnya aku menikah.
Pasti tidak akan merasa tidak berharga dan lebih punya "pride" sebagai perempuan dan seorang istri.
3. Bila di masa remaja aku tidak pernah berhubungan dengan pria beristri.
Mungkin aku tidak akan pernah hidup dalam rasa sakit dan penyesalan yang mendalam karena pernah menyakiti hati seorang wanita karena aku pernah berhubungan dengan suaminya, seandainya saja aku lebih menghargai sucinya arti pernikahan jauh sebelum aku menikah.
4. Bila aku langsung meninggalkan kekasihku karena kebohongan-kebohongannya.
Aku yakin aku bisa sendiri, tidak pernah terpikir oleh ku dulu apabila seseorang bisa berbohong dulu, dia pasti akan berbohong seterusnya. Aku memberikan kesempatan ke dua untuk seseorang karena dia berjanji untuk tidak bohong lagi, kesalahanku saat itu adalah aku lupa, si pembohong lah yang berjanji.
5. Bila aku lebih fokus terhadap karir dan tidak menikah muda.
Aku yakin aku bisa mencapai karir yang aku inginkan, aku sedang menuju ke sana saat dengan emosional aku memutuskan untuk menerima lamaran suamiku. Mungkin saat ini aku sukses dalam karir dan single, sedang mencari orang yang tepat dan mapan untuk kujadikan pendamping hidup.
6. Bila aku tidak berhenti kerja dan menjadi ibu rumah tangga.
Mungkin aku tidak harus memulai karir dari awal dan menjalani posisi yang sama dalam rentang waktu 6 tahun.
7. Bila aku tidak pulang ke Indonesia dan meninggalkan suamiku lebih dari 1 tahun untuk hidup sendiri.
Mungkin perempuan itu tidak akan datang ke dalam hidup kami, dan kami tidak pernah terusik oleh usahanya merusak perkawinan kami.
8. Bila aku terus ada di samping suamiku dan fokus soal keuangan.
Mungkin kami tidak akan terlibat dalam jeratan hutang, dan suamiku tidak harus menghabiskan uang untuk sesuatu yang tidak perlu. Mungkin selama beberapa tahun pernikahan kami akan punya tabungan, kami akan memiliki sebuah rumah mungil di Indonesia dan kami tidak akan menghabiskan gaji bulanan kami untuk membayar hutang-hutang tersebut.
9. Bila dulu dan saat ini aku seorang yang religius.
Aku mungkin terhindar dari segala penyesalan-penyesalan di atas, dan lebih menyerahkan diri kepada Tuhan.
Aku ingin hidupku baik-baik saja, aku ingin sabar menjalani ujian hidup, aku ingin punya rumah tangga yang bahagia dan suami yang menyayangi aku satu-satunya. Aku manusia yang penuh penyesalan...
Arza, seorang lelaki dewasa dan berperilaku sangat lembut. Arza menikahi Alika karena cinta dan menerima Alika apa adanya. Arza melakukan kesalahan dalam rumah tangga mereka dengan berselingkuh dengan wanita lain dan banyak berbohong kepada Alika bahkan sebelum mereka menikah. Arza menyesal dan bersedia melakukan apapun untuk menebus kesalahannya. Arza menyadari bahwa hanya Alika lah satu-satunya perempuan yang dia sayangi dalam hidupnya.
Malam itu Arza pulang ke rumah dengan tekad bulat, bahwa mulai detik itu dia akan pulang kepada istrinya, mengatakan sekali lagi bahwa Arza menyesal telah menyakiti Alika dan berjanji akan membahagiakan Alika seumur hidupnya. Arza hampir berlari ke arah pintu rumahnya, dia ingin segera memeluk Alika dan mengecup kening istri tercintanya itu.
Arza berlari ke ruang tengah, tempat di mana Alika biasa menunggunya pulang. Alika duduk menghadap komputer, dengan urat nadi putus di pergelangan tangannya, Alika tidak bernyawa. Arza memeluk Alika, menangis pedih "Kenapa Alika sayang? Kenapa kamu lakukan ini?".
Semua sudah terlambat, banyak hal yang belum tuntas di antara mereka, banyak kata yang belum sempat terucap, hanya penyesalan.
Las Vegas, 19 Mei 2011,
Apa yang terjadi bila aku bila aku membuat pilihan yang berbeda dari yang ku buat selama ini. Apakah hidup ku akan lebih bahagia dari yang sekarang? Atau mungkin akan lebih runyam? Memang manusia tidak bisa memutar kembali waktu, tapi seandainya bisa apa sajakah hal-hal di dalam hidup ku yang ingin aku rubah? Banyak hal yang ingin aku lihat "probabilitas"nya, hal-hal itu adalah:
1. Bila aku memilih sekolah jurnalisme dan bukan sekolah perbankan.
Mungkin aku sudah jadi seorang jurnalis, bekerja untuk media cetak terkemuka di Indonesia atau luar negeri, mungkin juga di media elektronik. Bertugas meliput perang, berita manca-negara, atau liputan tentang wisata.
2. Bila aku memilih menjaga keperawanan sampai akhirnya aku menikah.
Pasti tidak akan merasa tidak berharga dan lebih punya "pride" sebagai perempuan dan seorang istri.
3. Bila di masa remaja aku tidak pernah berhubungan dengan pria beristri.
Mungkin aku tidak akan pernah hidup dalam rasa sakit dan penyesalan yang mendalam karena pernah menyakiti hati seorang wanita karena aku pernah berhubungan dengan suaminya, seandainya saja aku lebih menghargai sucinya arti pernikahan jauh sebelum aku menikah.
4. Bila aku langsung meninggalkan kekasihku karena kebohongan-kebohongannya.
Aku yakin aku bisa sendiri, tidak pernah terpikir oleh ku dulu apabila seseorang bisa berbohong dulu, dia pasti akan berbohong seterusnya. Aku memberikan kesempatan ke dua untuk seseorang karena dia berjanji untuk tidak bohong lagi, kesalahanku saat itu adalah aku lupa, si pembohong lah yang berjanji.
5. Bila aku lebih fokus terhadap karir dan tidak menikah muda.
Aku yakin aku bisa mencapai karir yang aku inginkan, aku sedang menuju ke sana saat dengan emosional aku memutuskan untuk menerima lamaran suamiku. Mungkin saat ini aku sukses dalam karir dan single, sedang mencari orang yang tepat dan mapan untuk kujadikan pendamping hidup.
6. Bila aku tidak berhenti kerja dan menjadi ibu rumah tangga.
Mungkin aku tidak harus memulai karir dari awal dan menjalani posisi yang sama dalam rentang waktu 6 tahun.
7. Bila aku tidak pulang ke Indonesia dan meninggalkan suamiku lebih dari 1 tahun untuk hidup sendiri.
Mungkin perempuan itu tidak akan datang ke dalam hidup kami, dan kami tidak pernah terusik oleh usahanya merusak perkawinan kami.
8. Bila aku terus ada di samping suamiku dan fokus soal keuangan.
Mungkin kami tidak akan terlibat dalam jeratan hutang, dan suamiku tidak harus menghabiskan uang untuk sesuatu yang tidak perlu. Mungkin selama beberapa tahun pernikahan kami akan punya tabungan, kami akan memiliki sebuah rumah mungil di Indonesia dan kami tidak akan menghabiskan gaji bulanan kami untuk membayar hutang-hutang tersebut.
9. Bila dulu dan saat ini aku seorang yang religius.
Aku mungkin terhindar dari segala penyesalan-penyesalan di atas, dan lebih menyerahkan diri kepada Tuhan.
Aku ingin hidupku baik-baik saja, aku ingin sabar menjalani ujian hidup, aku ingin punya rumah tangga yang bahagia dan suami yang menyayangi aku satu-satunya. Aku manusia yang penuh penyesalan...
***
Arza, seorang lelaki dewasa dan berperilaku sangat lembut. Arza menikahi Alika karena cinta dan menerima Alika apa adanya. Arza melakukan kesalahan dalam rumah tangga mereka dengan berselingkuh dengan wanita lain dan banyak berbohong kepada Alika bahkan sebelum mereka menikah. Arza menyesal dan bersedia melakukan apapun untuk menebus kesalahannya. Arza menyadari bahwa hanya Alika lah satu-satunya perempuan yang dia sayangi dalam hidupnya.
Malam itu Arza pulang ke rumah dengan tekad bulat, bahwa mulai detik itu dia akan pulang kepada istrinya, mengatakan sekali lagi bahwa Arza menyesal telah menyakiti Alika dan berjanji akan membahagiakan Alika seumur hidupnya. Arza hampir berlari ke arah pintu rumahnya, dia ingin segera memeluk Alika dan mengecup kening istri tercintanya itu.
Arza berlari ke ruang tengah, tempat di mana Alika biasa menunggunya pulang. Alika duduk menghadap komputer, dengan urat nadi putus di pergelangan tangannya, Alika tidak bernyawa. Arza memeluk Alika, menangis pedih "Kenapa Alika sayang? Kenapa kamu lakukan ini?".
Semua sudah terlambat, banyak hal yang belum tuntas di antara mereka, banyak kata yang belum sempat terucap, hanya penyesalan.
Comments